Contoh : menghitung harga perolehan persediaan barang yang siap dijual
Atau perhitungan fisik persediaan.
Harga perolehan persediaan yang tersedia untuk dijual :
Persediaan Awal : Rp 500.000,-
Pembelian : Rp 1.500.000,-
Tersedia u/dijual : Rp 2.000.000,-
Langkah I Langkah II
Persediaan Akhir : Harga pokok penjualan
Unit : Hp/unit Total Tersedia dijual . .Rp. 2.000.000
5.000 Rp 50 = Rp 250.000 Persd. Akhir . . . Rp 250.000
H.P.P…... RP 1.750.000
============
ADA 2 (DUA) DASAR METODE PENETAPAN HARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN :
(1) Dasar Aliran Fisik sesungguhnya, dengan menggunakan metode identififikasi khusus.
Contoh:
Toko ABC th.2005 membeli barang-barang elektronik berupa VCD berbagai type
Merek sony dengan harga berbeda-beda, masing-masing : Rp 3.000.000,-
Rp 3.500.000, Rp.4.000.000, Rp.4.500.000, dan Rp 5.000.000,.
Selama tahun tsb, tiga buah VCD telah terjual dengan harga masing-masing
Rp 5.500.000,. pada tgl 31 Desemeber 2005 perusahaan tersebut melakukan per-
Hitungan fisik, dan diketahui bahwa 2 buah VCD yang ada digudang memiliki
Harga perolehan Rp.3.000.000 dan Rp.4.000.000, hal ini diketahui dari kartu yang
Melekat pada masing-masing barang.
Jadi: Harga perolehan persediaan akhir VCD = Rp 7.000.000, (3 jt + 4 jt).
Harga pokok penjualan = Rp.13.000.000, ( 3,5 jt + 4,5 jt + 5 jt ).
Kalau ingin diketahui berapa laba kotornya, maka
Penjualan = Rp 16.500.000, ( Rp 5.500.000 x 3 )
H.P.P = Rp 13.000.000,
L.kotor = Rp 3.500.000,-
Metode ini biasanya diterapkan diperusahaan yang menjual barang dengan harga
Mahal serta jumlah dan jenis barang terbatas.
(2) Dasar aliran Anggapan.
1. FIFO ( FIRST – IN, FIRST – OUT ) ATAU M.P.K.P.
2. LIFO ( LAST – IN, FIRST – OUT ) ATAU M.T.K.P
3. HARGA PEROLEHAN RATA-RATA.
· FIFO (FIRST IN, FIRST OUT) ATAU MPKP
Pada metode ini persediaan akhir ditentukan dengan mengambil harga perolehan perunit dari pembelian paling akhir dan bergerak mundur sampai semua unit dalam persediaan mendapat harga perolehan.
ANGGAPAN FIFO : Barang yang dibeli lebih dahulu akan dijual lebih
dahulu.
CONTOH : “ PT CEMERLANG” dengan pengallokasian harga perolehan
Barang tersedia dijual sbb :
Harga perolehan persediaannya tersedia untuk dijual
TGL KETERANGAN UNIT HP/UNIT TOTAL H.P
1/1/12005 Persd.Awal 200 Rp.20 Rp 4.000
14/4/2005 Pembelian 400 Rp 21 Rp 8.400
28/8/2005 Pembelian 600 Rp 22 Rp13.200
30/11/2005 Pembelian 800 Rp 23 Rp18.400
----- ------------
J u m l a h . . . . .2.000 Rp44.000
==== =======
Selama tahun ini telah di jual 800 unit, dan persediaan pada tgl 31 Des. 2005 berjumlah 1200 unit
LANGKAH 1 LANGKAH II
PERSEDIAAN AKHIR HARGA POKOK PENJUALAN
TGL UNIT H.P/UNIT TOTAL
30/11/05 800 RP 23 = RP 18.400 Tersdia dijual ….. Rp 44.000,-
28/8/05 400 Rp 22 = Rp 8.800 Persd akhir ……..Rp 27.200,- ------ ------------ --------------
Jumlah 1.200 = Rp 27.200 H.P.P …………. Rp 16.800,-
======== =========
Unit barang yang telah dijual = 2.000 unit – 1.200 unit = 800 unit.
======
TGL UNIT H.P/UNIT TOTAL H.P
1/1/05 200 Rp 20 = Rp. 4.000,-
14/4/05 400 Rp 21 = Rp 8.400,-
28/8/05 200 Rp 22 = Rp 4.400,-
---- ----------------
Jumlah 800 = Rp16.800,-
=========
* LIFO ( Last In, First Out) atau MTKP.
Pada metode ini persediaan akhir ditentukan dengan mengambil harga perolehan perunit dari barang-barang yang dibeli paling awal dan kemudian bergerak maju
sampai semua unit yang ada dalam persediaan mendapatkan harga perolehan.
ANGGAPAN LIFO : Barang yang dibeli paling terakhir akan dijual lebih dahulu.
Harga perolehan persediaan yang tersedia untuk dijual
TGL KETERANGAN UNIT H.P/UNIT TOTAL H.P
1/1/05 Persediaan awal 200 Rp 20 = Rp 4.000,-
14/4/05 Pembelian 400 Rp 21 = Rp 8.400,-
28/8/05 Pembelian 600 Rp 22 = Rp 13.200,-
30/11/05 Pembelian 800 Rp 23 = Rp 18.400,-
---- ---------------
Jumlah……. 2.000 = Rp 44.000,- ==== =========
LANGKAH I LANGKAH II
PERSEDIAAN AKHIR HARGA POKOK PENJUALAN
TGL UNIT HP/UNIT TOTAL H.P
1/1/05 200 Rp 20 = Rp 4.000,- Tersedia untuk dijual = Rp 44.000,-
14/4/05 400 Rp 21 = Rp 8.400,- Persediaan akhir = Rp 25.600,-
28/8/05 600 Rp 22 = Rp13.200,- ---------------
------ -------------- H.P.P ………….. = Rp 18.400,-
Jumlah 1.200 =Rp25.600,- ========
==== =========
Unit barang yang telah dijual = ( 200 unit – 1200 unit = 800 unit )
TGL UNIT HP/UNIT TOTAL HP
30/11/05 800 Rp 23 = Rp 18.400,-
======
*METODE RATA-RATA
Pada metode ini, pengalokasian harga perolehan barang yang tersdia untuk dijual dilakukan atas dasar harga perolehan rata-rata tertimbang.
Rumus:
HRG PEROLEHAN : JLH UNIT = RATA-RATA TERTIMBANG
BRG TERSD DIJUAL TERSD. DIJUAL PERUNIT
RP 44.000 2.000 RP 22
Jadi pengallokasian harga perolehan barang tersedia dijual pada PT Cemerlang adalah :
TGL KETERANGAN UNIT HP/UNIT TOTAL HP
1/1/05 Persd. Awal 200 Rp 20 Rp 4.000,-
14/4/05 Pembelian 400 Rp 21 Rp 8.400,-
28/8/05 Pembelian 600 Rp 22 Rp13.200,-
30/11/05 Pembelian 800 Rp 23 Rp18.400,-
------ --------------
J u m l a h ……….. 2.000 Rp 44.000,-
==== =========
PERSEDIAAN AKHIR HARGA POKOK PENJUALAN
UNIT HP/UNIT = TOTAL HP Yang siap u/dijual = Rp 44.000,-
1200 x Rp 22 = Rp 26.400 Pers. Akhir = Rp 26.400,-
-----------------
H.P.P. ……. = Rp 17.600,- =========
Catatan : Harga rata-rata dapat juga ditentukan dengan cara lain yang disebut rata-rata
Sederhana. Perhitungan rata-rata sederhana per unit diperoleh sbb:
Rp20 + Rp 21 + Rp 22 + Rp 23 = Rp 86 = Rp 21,5
-------------------------------------- -------- ---------
4 4
Metode rata-rata sederhana ini mempunyai 2 (dua) kelemahan yaitu :
- Tidak memperhitungkan jumlah unit yang dibeli
- Bisa dipengaruhi oleh harga beli perunit yang ekstrim tinggi atau ekstrim rendah
Karenanya untuk harga rata-rata tertimbang dalam pencatatan akuntansinya lebih dianjurkan untuk tidak digunakan.