Friday, May 18, 2012

Akuntansi Biaya Bab II part 2 of 2


C. PERHITUNGAN HARGA POKOK BAHAN BAKU YANG DIPAKAI

Tujuan penentuan harga pokok bahan yang dipakai adalah untuk :
1. untuk penentuan harga pokok bahan yang dipakai, harga pokok persediaan bahan dengan lebih teliti dan tepat yang akan mempengaruhi kewajaran laporan keuangan.
2. untuk tujuan pengendalian atau pengawasan atas bahan.

Faktor yang menentukan harga pokok bahan yang dipakai adalah sebagai berikut :
1. metode akuntansi persediaan, yang terdiri atas :
a. metode persediaan fisik (physical inventory method ).

Langkah-langkah dalam pencatatan persediaan dengan metode persediaan fisik adalah sebagai berikut :

* jurnal untuk mencatat pembelian bahan :
Pembelian bahan Rp. Xx
Hutang dagang Rp. XX

source:
material's study from campus
* jurnal untuk mencatat pengembalian pembelian bahan
Hutang dagang Rp, XX
Pembelian bahan Rp. XX

* jurnal untuk mencatat potongan pembelian
Hutang dagang Rp. XX
Potongan pembelian Rp. XX
Kas Rp. XX

* pada saat pemakaian bahan tidak perlu dibuatkan jurnal, tetapi akan dicatat sekaligus pada akhir periode

* pada akhir periode akan diadakan prhitungan fisik persediaan untuk menentukan harga pokok persediaan bahan akhir periode dan harga pokok bahan yang dipakai, sebagai berikut :

Persediaan bahan awal periode Rp. XX
Pembelian bahan Rp. XX
Pengembalian pembelian bahan Rp. XX
Potongan pembelian bahan Rp. XX
Rp. XX
Jumlah pembelian bersih Rp. XX
Harga perolehan bahan siap pakai Rp. XX
Persediaan bahan akhir periode Rp. XX
Harga pokok bahan yang dipakai Rp. XX

* Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan adalah sebagai berikut :
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Rp. XX
Persediaan Bahan ( akhir peiode ) XX
Potongan Pembelian XX
Pengembalian Pembelian Bahan XX

Pembelian Bahan Rp. XX
Persediaan bahan ( awal periode ) XX

b. Metode Persediaan Abadi ( propetual )
Metode persediaan abadi/ propetual adalah metode akuntansi persediaan yang terus menerus mengikuti mutasi/ perubahan di dalam persediaan.

Langkah-langkah pencatatan metode persediaan propetual, sebagai berikut:

* jurnal untuk mencatat pembelian
Persediaan Bahan Baku Rp. XX
Persediaan Bahan Penolong XX
Hutang dagang/ Kas Rp. XX

* jurnal untuk mencatat pengembalian pembelian bahan
Hutang dagang/ Kas Rp. XX
Persediaan Bahan Baku Rp. XX
Persediaan bahan penolong XX

* jurnal untuk mencatat pemakaian bahan
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp. XX
Biaya Overhead pabrik sesungguhnya XX
Persediaan Bahan Baku Rp. XX
Persediaan Bahan Penolong XX

* Pada akhir periode diadakan perhitungan fisik persediaan sebagai pengawasan fisik persediaan apakah sesuai dengan jumlah yang terdapat pada kartu persediaan bahan

2. Metode Aliran Harga Pokok Bahan

a. Metode Identifikasi Khusus ( Special Identification Method )
Merupakan metode penentuan aliran harga pokok bahan yang dipakai sesuai dengan aliran fisik bahan

Kebaikan metode identifikasi khusus :
- Harga pokok bahan dapat ditentukan dengan teliti
- Tepat untuk perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan

Kelemahan metode ini adlah kurang praktis, terutama dalam hal :
- pengaturan persediaan di gudang
- perlu waktu cukup lama dan administrasi yang rumit.

Contoh :
PT “SA Empat” mempunyai data yang berhubungan dengan persediaan bahan baku untuk bulan Januari 200X sebagai berikut :

Persediaan awal 200 unit @ Rp. 1.000,00
Pembelian
10 – 1 - 200X 400 unit @ Rp. 1.200,00
20 – 1- 200X 500 unit @ Rp. 900,00
30 – 1 – 200X 100 unit @ Rp. 1.100,00
Pemakaian15 – 1 – 200X 500 unit 100 unit berasal dari persediaan awal dan 400 unit berasal dari pembelian tanggal 10 – 1 – 200X
25 – 1 – 200X 300 unit 100 unit berasal dari persediaan awal dan 200 unit berasal dari pembelian tanggal 20 – 1 – 200X

Maka perhitungan harga pokok bahan baku yang dipakai dan yang masih merupakan persediaan pada tanggal 31 – 1 – 200X sesuai dengan aliran fisik persediaan adalah sebagai berikut :

Metode Persediaan Fisik
Persediaan awal = 200 unit x Rp. 1.000,00 Rp. 200.000,00
Pembelian Bahan :
10 – 1 – 200X = 400 unit x Rp. 1.200,00 = Rp. 480.000,00
20 – 1 – 200X = 500 unit x Rp. 900,00 = Rp. 450.000,00
30 – 1 – 200X = 100 unit x Rp. 1.100,00 = Rp. 110.000,00
1.000 unit Rp. 1.040.000,00
1.200 unit Rp. 1.240.000,00
Pemakaian :
15 – 1 – 200X = 100 unit x Rp. 1.000,00 = Rp. 100.000,00
400 unit x Rp. 1.200,00 = Rp. 480.000,00
25 – 1 – 200X = 100 unit x Rp. 1.000,00 = Rp. 100.000,00
200 unit x Rp. 900,00 = Rp. 180.000,00
800 unit Rp. 860.000,00
Harga pokok
Persediaan akhir 400 unit Rp. 380.000,00



Search This Blog